Sabtu, 04 April 2015

Arsitektur Rumah Adat Honai Lembah Baliem (WAMENA)


Arsitektur Rumah Adat Honai


Papua tidak hanya pesona alamnya saja yang menakjubkan, tetapi rumah adatnya pun terkenal, yaitu rumah adat Honai. Bahkan kini rumah adat honai tidak hanya dijadikan sebagai rumah tinggal masyarakat papua saja, tetapi juga dijadikan sebagai objek wisata.



Rumah adat Papua atau yang dahulu bernama Irian Jaya ini cukup unik. Atapnya berbentuk seperti setengah tempurung kelapa serta bahan yang digunakan pun diperoleh dari alam sekitar, yaitu kayu dan jerami.
Rumah Honai terbuat dari kayu dengan atap berbentuk kerucut yang terbuat dari jerami atau ilalang. Honai sengaja dibangun sempit atau kecil dan tidak berjendela yang bertujuan untuk menahan hawa dingin pegunungan Papua. Honai biasanya dibangun setinggi 2,5 meter dan pada bagian tengah rumah disiapkan tempat untuk membuat api unggun untuk menghangatkan diri. Rumah Honai terbagi dalam tiga tipe, yaitu untuk kaum laki-laki (disebut Honai), wanita (disebut Ebei), dan kandang babi (disebut Wamai).
Rumah Honai biasa ditinggali oleh 5 hingga 10 orang. Rumah Honai dalam satu bangunan digunakan untuk tempat beristirahat (tidur), bangunan lainnya untuk tempat makan bersama, dan bangunan ketiga untuk kandang ternak. Rumah Honai pada umumnya terbagi menjadi dua tingkat. Lantai dasar dan lantai satu dihubungkan dengan tangga dari bambu. Para pria tidur pada lantai dasar secara melingkar, sementara para wanita tidur di lantai satu.
Rumah Honai mempunyai fungsi antara lain:
1.    Sebagai tempat tinggal;
2.    Tempat menyimpan alat-alat perang;
3.    Tempat mendidik dan menasehati anak-anak lelaki agar bisa menjadi orang berguna di masa depan;
4.    Tempat untuk merencanakan atau mengatur strategi perang agar dapat berhasil dalam   pertempuran;
5.    Tempat menyimpan alat-alat atau simbol dari adat orang Dani yang sudah ditekuni sejak dulu.
Bangunan Honai berbentuk melingkar atau bulat mempunyai filosofi yang berarti:
1.    Dengan kesatuan dan persatuan yang paling tinggi kita mempertahankan budaya yang telah diperthankan oleh nene moyang kita dari dulu hingga saat ini.
2.    Dengan tinggal dalam satu honai maka kita sehati, sepikir dan satu tujuan dalam menyelesaikan pekerjaan.
3.    Honai merupakan symbol dari kepribadian dan merupakan martabat orang Dani yang harus dijaga oleh keturunan Dani di masa yang akan datang.
Arsitektur Honai:
1. Bentuk
Bentuk Honai yang bulat tersebut dirancang untuk menghindari cuaca dingin ataupun tiupan angin yang kencang karena suhu rata-rata di daerah sana 190°C.
2. Atap
Honai memiliki bentuk atap  bulat kerucut. Bentuk atap ini berfungsi untuk melindungi seluruh permukaan dinding agar tidak mengenai dinding ketika hujan turun. Atap honai terbuat dari susunan lingkaran-lingkaran besar yang terbuat dari  kayu buah sedang yang dibakar di tanah dan diikat menjadi satu di bagian atas sehingga membentuk dome. Empat pohon muda juga diikat di tingkat paling atas dan vertikal membentuk persegi kecil untuk perapian. Penutup atap terbuat dari jerami yang diikat di luar dome. Lapisan jerami yang tebal membentuk atap dome, bertujuan menghangatan ruangan di malam hari. Jerami cocok digunakan untuk daerah yang beriklim dingin. Karena jerami ringan dan lentur memudahkan suku Dani membuat atap serta jerami mampu menyerap goncangan gempa.
3. Perlengkapan dan Bahan Pembuatan Honai
Kebiasaaan dari suku atau orang dani dalam membangun honai yaitu mereka mencari kayu yang memang kuat dan dapat bertahan dalam waktu yang lama atau bertahun-tahun. Bahan yang digunakan sebagai berikut:
1.    Kayu besi (oopir) digunakan sebagai tiang tengah
2.    Kayu buah besar
3.    Kayu batu yang paling besar
4.    Kayu buah sedang
5.    Jagat (mbore/pinde)
6.    Tali Rotan
7.    Alang-alang
8.    Papan / Kayu yang dikupas
9.    Papan las,dll
 
4. Dinding dan Bukaan Honai mempunyai pintu kecil dan jendela-jendela yang kecil, jendela-jendela ini berfungsi memancarkan sinar ke dalam ruangan tertutup itu, ada pula Honai yang tidak memiliki jendela, pada umumnya untuk Honai perempuan.Jika anda masuk ke dalam honai ini maka di dalam cukup hangat dan gelap karena tidak terdapat jendela dan hanya ada satu pintu. Pintunya begitu pendek sehingga harus menunduk jika akan masuk ke rumah Honai. Dimalam hari menggunakan penerangan kayu bakar di dalam Honai dengan menggali tanah didalamnya sebagai tungku selain menerangi bara api juga bermanfaat untuk menghangatkan tubuh. Jika tidur mereka tidak menggunakan dipan atau kasur, mereka beralas rerumputan kering yang dibawa dari kebun atau ladang. Umumnya mereka mengganti jika sudah terlalu lama karena banyak terdapat kutu babi.
5. Ketinggian Bangunan    Rumah Honai mempunyai tinggi 2,5-5 meter dengan diameter 4-6 meter. Honai ditinggali oleh 5-10 orang  dan rumah ini biasanya dibagi menjadi 3 bangunan terpisah. Satu  bangunan digunakan untuk tempat beristirahat (tidur). Bangunan kedua untuk tempat makan bersama dimana biasanya mereka makan beramai-ramai dan bangunan ketiga untuk kandang ternak. Rumah honai juga biasanya terbagi menjadi 2 tingkat. Lantai dasar dan lantai satu di hubungkan dengan tangga yang terbuat dari bambu. Biasanya pria tidur melingkar di lantai dasar , dengan kepala di tengah dan kaki di pinggir luarnya, demikian juga cara tidur para wanita di lantai satu. . 
. . . SEMOGA BERMANFAAT . . . 
BY.  ANAK KOTEKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar